Bingung

Satrio Priyo Adi
2 min readJul 30, 2023

2023 berlalu dengan cepat, hampir satu tahun aku buang air besar hanya dengan tisu. Pikiran ‘mau jadi apa?’ selalu muncul, tepatnya ‘besok besar mau jadi apa?’.

Tiba-tiba Oktober dan umurku dipaksa berubah; ‘besok besar’ seperti punya limitasi yang menyebalkan. Daripada memikirkan itu, ada baiknya aku kabur ke TESCO untuk beli meal deal.

Ketika SMA, bayangan bekerja sebagai HRD di bank atau memiliki toko komik membuatku menjadi dukun, mungkin kedua itu yang akan aku kerjakan ‘besok besar’ nanti. Tapi aku pribadi selalu ingin menjadi rock-star, atau guru les piano? Mana saja yang penting berhubungan dengan musik, pikirku dulu.

Tidak terbayang, tahun 2016, aku relakan jam sakralku untuk menonton anime dan membaca manga, demi skripsi. Bukan karna terpaksa, tapi ternyata aku suka melakukannya, sama halnya seperti bermain monopoli sambil beradu mulut dengan mantanku dulu.

Menjadi akademia, adalah hal yang selalu menjadi bahan olokanku kepada teman-teman yang rajin belajar. ‘Apanya yang asik dari belajar psikologi?’, memang tidak ada sih. Aku menggunakan istilah beken pada jurnal ilmiah hanya sebagai ledekan, bukan untuk menulis publikasi, yang ironi-nya selalu aku gunakan di laboratorium, bahkan hingga sekarang.

‘Mau sampai kapan tidak punya uang?’, pikirku ketika melihat instagram teman-teman yang tidak lebih pintar dari aku, sedang berfoto dengan latar belakang salju. Mengimajinasikan hal-hal yang belum pernah dilihat tentu lebih nikmat dibanding melihatnya secara langsung, mungkin ‘besok besar’ aku jadi penulis?

Dalam bentuk definitif, ‘besok besar’ secara subjektif seharusnya tidak punya limitasi. Tapi aku tahu betul, ketika supervisor menawariku untuk mengambil S3, jalan ini satu arah dan ‘besok besar’ akan menghabisi rambutku yang semakin botak.

Tidak ada lagu yang paling menyedihkan jika tidak ada lagu Sherina, Andai Aku Besar Nanti. Tapi apa ‘besok besar’, aku akan cukup puas melihat Ibuk bahagia? Ibuk bilang sekarang pun dia sudah bahagia.

Temanku bilang, ‘Burung pipit yang kecil dikasihi Tuhan.’. Dia tidak bilang kalau banyak burung pipit yang mati dimakan ular, atau dijebak orang dan berakhir dijual di Pasar Ngasem? Mungkin sekolah minggu butuh bantuanku untuk menghitung probabilitasnya.

Teman kantorku dulu pernah sharing konsep ikigai, dahulu aku juga sering menggunakan konsep ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman yang penuh dilema. Tapi sebenernya konsep ini tidak bekerja baik untukku sendiri hahaha.

Yah namanya juga dilema, mungkin ‘besok besar’ aku akan dilema lagi, mungkin ketika memikirkan ‘besok besar’ lagi, entah di Jogja, Jakarta, atau Birmingham.

--

--